Minggu, 10 Juni 2012

Inilah Benda Termewah Bagi Anak Kosan

| Minggu, 10 Juni 2012 | 0 komentar



Bukan sebuah Apple Ipad kreasi mendiang Steve Jobs. Bukan sebuah jam tangan merek Rolex yang harganya selangit. Bukan sebuah frame kacamata Nike berharga 1 jutaan. Bukan juga sebuah mobil Toyota Fortuner yang bodynya sangat besar itu. Tetapi sang penyandang predikat benda termewah bagi anak kosan adalah sebuah televisi. Ya, benar. Televesi. Mungkin beberapa orang
yang membaca tulisan ini akan merasa bingung. Tetapi inilah kenyataannya. Dan mungkin juga, bagi mereka, televisi adalah suatu benda yang biasa saja. Tidak ada yang istimewa sama sekali. Hampir tidak ada sesuatu hal luar biasa yang membuatnya dianggap sebagai benda paling mewah. Keculai televisi yang sudah canggih. Macam Samsung Smart TV-nya. Lalu ada LG Internet TV yang tebalnya cuma 9 mili. Tetapi yang dimaksud televisi di sini adalah televisi yang memiliki fitur standar. Fitur ini berupa sebuah tabung CRT yang dapat menampilkan gambar bergerak, lalu sebuah speaker yang dapat mengeluarkan suara, dan terdapatnya antena kecil sebagai reciever sinyal analog yang ditransmisikan oleh tower pemancar.

Sebenarnya harga bukanlah alasan dibalik ironi ini. Justru alasan-alasan yang kurang begitu diperhitungkan menjadi dalang dibalik semua ini. Dan alasan-alasan ini sudah sering ditemui di kos-kosan di daerah saya, Pogung Kidul, Yogyakarta. Namun dalam tulisan kali ini, saya cuma akan menampilkan dua alasan yang menurut saya paling dominan diantara sederet alasan yang lain.

Yang pertama, bagi para mahasiswa, televisi merupakan benda yang tidak begitu dibutuhkan dan tidak penting. Memang dalam kenyataannya televisi tidak memiliki peran penting untuk menunjang kegiatan perkuliahan di luar kampus.

Alasan yang kedua adalah tidak ada waktu untuk menonton berbagai macam program acara yang telah disediakan oleh stasiun-stasiun televisi. Dan menurut saya, ini adalah alasan paling kuat jika dibandingkan dengan alasan pertama tadi. Sebab, bagi mahasiswa Fakultas Teknik seperti saya, waktu luang adalah ‘benda’ paling langka untuk didapatkan. Banyaknya tugas dan seabrek laporan praktikum beratus-ratus halaman adalah ‘biang keroknya’. Mungkin kalau misalnya laporannya diketik tidak terlalu memberatkan . Tetapi yang jadi masalah adalah semua laporan harus ditulis tangan. Selesai kuliah, lansung ambil kertas HVS A4 untuk mulai menulis laporan. Di malam hari, kegiatan kami juga sama. Monoton. Menulis laporan. Menulis laporan. Dan menulis laporan. Mungkin untuk mahasiswa dari fakultas lain, masalahnya akan sedikit berbeda.

Damak negatif yang di timbulkan oleh kedua hal diatas adalah rendahnya informasi yang didapatkan oleh mahasiswa dari penjuru dunia yang tersajikan dalam setiap program televisi. Khususnya program berita. Lalu dampak paling tidak ‘nyaman’ adalah ketika mahasiswa harus menyaksikan pertandingan sepak bola, macam Liga Inggris, di warung-warung Burjo terdekat.

Sungguh ironis.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
© Hak Cipta 2012 | catatansisis.blogspot.com | Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang | Desain Template Oleh - Siswanto