"hei, lihat saja nanti. pasti aku yang akan dipetiknya. jangan terlalu banyak berharap deh lu semua." bacot sebuah mangga 'basang' kepada para mangga manis yang bergelantungan di dekatnya. sejak beberapa hari yang lalu, mangga 'basang' ini selalu sesumbar bahwa akan ada manusia yang tertarik untuk memetiknya. kepercayaan dirinya tetap menjulang meski warna kulitnya tidak se-
menggoda mangga lain di sekitarnya.
"heh. dengar ya. kalian semua gak bakalan dipetik manusia. lihat tuh kulit hijau kalian. manusia gak mungkin terangsang oleh pahitnya kulit kalian." mangga tak tau diri ini terus saja mengobral bacot. dia tidak melihat kondisi dirinya sendiri yang sebenarnya lebih buruk dari mangga lain. salah satu mangga yang bersebelahan dengannya cuma mengeluarkan beberapa tetes getah putih dari dalam tubuhnya. layaknya manusia yang sedang meludah.
"gede juga 'pelok'-nya. lalat pun gak sudi menclok di kulitnya yang kayak sawo keinjak ayam itu. sudahlah teman-teman. jangan pedulikan dia." ucap mangga paling tua yang sudah mulai meradang.
dari kejauhan tampak manusia yang sedang mempersiapkan alat petik. mangga tak tau diri tadi semakin bersemangat membacot. mangga-mangga lain semakin memperdalam sumpelan alat penyumbat telinga. manusia semakin mendekat ke kerumunan mangga. dan apa yang terjadi? ternyata benar. si p'elok besar' lah yang dipetik. mulut besarnya kini telah terbukti. kulitnya yang coklat itu telah berhasil merangsang manusia.
mangga tua yang mencemoohnya tadi langsung terheran-heran. mangga-mangga lain langsung melonggarkan lalu melepas alat penyumpel telinga. mereka semua pada melongo. keheningan sejenak terjadi karena kejadian barusan.lalu beberapa saat kemudian keramaian langsung menggema.
"apa yang ada di otak manusia itu? bisa-bisanya mangga 'basang' itu dipetiknya. mungkin dia mengira bahwa mangga itu adalah sawo yang sudah matang kali ya." ujar sang tetua mangga. ketidak adilan manusia menyelimutinya. "sudahlah kek. pasti nanti akan ada manusia yang mau memetikmu." kata mangga disampingya mencoba menghibur.
"heh. dengar ya. kalian semua gak bakalan dipetik manusia. lihat tuh kulit hijau kalian. manusia gak mungkin terangsang oleh pahitnya kulit kalian." mangga tak tau diri ini terus saja mengobral bacot. dia tidak melihat kondisi dirinya sendiri yang sebenarnya lebih buruk dari mangga lain. salah satu mangga yang bersebelahan dengannya cuma mengeluarkan beberapa tetes getah putih dari dalam tubuhnya. layaknya manusia yang sedang meludah.
"gede juga 'pelok'-nya. lalat pun gak sudi menclok di kulitnya yang kayak sawo keinjak ayam itu. sudahlah teman-teman. jangan pedulikan dia." ucap mangga paling tua yang sudah mulai meradang.
dari kejauhan tampak manusia yang sedang mempersiapkan alat petik. mangga tak tau diri tadi semakin bersemangat membacot. mangga-mangga lain semakin memperdalam sumpelan alat penyumbat telinga. manusia semakin mendekat ke kerumunan mangga. dan apa yang terjadi? ternyata benar. si p'elok besar' lah yang dipetik. mulut besarnya kini telah terbukti. kulitnya yang coklat itu telah berhasil merangsang manusia.
mangga tua yang mencemoohnya tadi langsung terheran-heran. mangga-mangga lain langsung melonggarkan lalu melepas alat penyumpel telinga. mereka semua pada melongo. keheningan sejenak terjadi karena kejadian barusan.lalu beberapa saat kemudian keramaian langsung menggema.
"apa yang ada di otak manusia itu? bisa-bisanya mangga 'basang' itu dipetiknya. mungkin dia mengira bahwa mangga itu adalah sawo yang sudah matang kali ya." ujar sang tetua mangga. ketidak adilan manusia menyelimutinya. "sudahlah kek. pasti nanti akan ada manusia yang mau memetikmu." kata mangga disampingya mencoba menghibur.
Postingan
0 komentar:
Posting Komentar